Hari-hari terakhir di Korea membuat Eun-chan dan Han-gyeol
seolah tidak terpisahkan lagi. Nyaris selalu menghabiskan setiap detik bersama,
komunikasi juga terus berlanjut saat mereka pulang ke kediaman masing-masing,
dimana Han-gyeol dan Eun-chan sempat saling melontarkan ejekan kalau pasangan
masing-masing bukan tipe ideal.
Saking tidak bisa terpisah, Eun-chan bahkan tanpa sadar
tertidur saat dirinya masih menelepon Han-gyeol, yang cuma bisa tersenyum di
ujung sana. Saat bangun pagi, pemuda itu memberi kejutan yang romantis untuk
Eun-chan : menyanyikan lagu cinta lewat telepon.
Di hari terakhirnya di Coffee Prince, suasana haru
menyelimuti Eun-chan, yang tidak bisa menahan air matanya. Apalagi, belakangan
satu-persatu rekan-rekannya mulai dari Min-yeop, Sun-ki, hingga Ha-rim masuk ke
dalam ruang ganti secara bergantian untuk mengucapkan salam perpisahan.
Hal serupa juga dirasakannya di rumah. Di tengah kesibukan
mempersiapkan semua keperluan untuk berangkat ke luar negeri, Eun-chan sadar
bahwa dirinya sangat berat meninggalkan sang ibu dan Eun-sae. Sama seperti
gadis itu, diam-diam Eun-sae menangis sementara ibunya menahan air mata.
Yang lebih membuat Eun-chan semakin berat adalah karena
Han-gyeol tidak mengantarnya ke bandara. Sebelum terbang, Eun-chan menyempatkan
diri menelepon pria yang dicintainya itu demi mengucapkan salam perpisahan.
Meski berusaha tegar, namun Han-gyeol tidak dapat menahan air matanya saat
telepon ditutup.
Tidak terasa dua tahun telah berlalu, dan begitu banyak
perubahan yang terjadi. Namun, selama itu pula kontak antara Han-gyeol dan
Eun-chan tidak pernah terputus. Secara rutin, Eun-chan mengirim foto-foto yang
diambilnya saat sedang beraktivitas dengan satu pesan yang sama : betapa
dirinya merindukan Han-gyeol.
Setelah sukses dengan Coffee Prince, Han-gyeol berencana
untuk membuka kafe baru dengan segmen perempuan. Hubungan Eun-sae dan Min-yeop,
yang bekerja sambilan sebagai model (meski yang terpampang hanya bagian
wajahnya), juga semakin mesra.
Hal yang sama juga dialami Ha-rim, yang setelah sekian lama
akhirnya berhasil menemukan gadis idaman. Begitu pula dengan Sun-ki yang
dingin, yang meski sempat bersikap sinis terhadap salah seorang pegawai
perempuan baru Coffee Prince (yang sangat mirip Eun-chan), namun akhirnya
melunak saat tahu gadis itu fasih berbahasa Jepang.
Namun, semangat Han-gyeol langsung terganggu karena saat
menelepon Eun-chan, gadis itu menyatakan ingin belajar di luar negeri selama
setahun lagi. Tidak bersemangat saat mewawancarai kandidat untuk menangani kafe
barunya, Han-gyeol terperanjat saat mendengar suara yang sudah tidak asing lagi
dibelakangnya : Eun-chan, yang rupanya sengaja merahasiakan kepulangannya.
Dengan santai, Eun-chan langsung duduk didepan Han-gyeol,
yang masih terkejut, dan menyebut siap melamar sebagai pekerja baru sebelum
kemudian duduk di pangkuan pria itu dan merangkulnya dengan erat. Di perjalanan
menuju Coffee Prince, Eun-chan menyempatkan diri menelepon nenek Han-gyeol,
yang meski sempat mengomel namun tidak menyembunyikan fakta bahwa ia telah
setuju dengan kehadiran Eun-chan sebagai pendamping cucunya.
Sudah tentu, kemunculan Eun-chan langsung disambut gembira
oleh para penghuni Coffee Prince. Yang paling spontan adalah Sun-ki, yang
langsung memeluk Eun-chan sementara Han-gyeol berusaha menutup matanya supaya
tidak cemburu, sebelum Min-yeop dan Ha-rim menyusul.
Atas perintah Hong Gae-sik, mereka langsung mengajak
Eun-chan untuk berkeliling melihat Coffee Prince yang sudah dua tahun
ditinggalkan gadis itu. Caranya juga cukup unik, ketiganya membopong Eun-chan,
yang berteriak-teriak histeris, sementara Han-gyeol dari belakang berseru
dengan panik supaya Ha-rim, Sun-ki dan Min-yeop tidak bertingkah aneh-aneh yang
bisa menyebabkan kekasihnya cedera.
0 komentar:
Posting Komentar